Jihad Dengan Metode Dakwah: Sebuah Upaya Implementasi Konsep Jihad
Abstract
— Perintah jihad dalam Islam merupakan suatu perbuatan yang sangat mulia sekali. Terbukti ayat Al-Quran menyebut kata ini berulang kali. Tetapi, seiring dengan perjalanan waktu, terjadi loncatan pemahaman dalam menafsirkan kata ini. Di mana banyak orang yang mempolitisir kata ini demi mewujudkan nafsu syahwatnya. Jihad hanya diartikan sebagai peperangan melawan non-Muslim. Hampir bisa dipastikan - karena berangkat dari pemahaman yang dangkal ini - banyak menyebabkan maraknya tindak kekerasan atas nama jihad. Kondisi seperti inilah yang sedang melanda Indonesia. Hal ini ditopang dengan gerakan Transnasional yang turut menyuburkan ideologi ini. Islam merupakan sebuah agama yang membawa visi dan misi rahmatan li al-ʻâlamîn. Untuk mengimplementasikan visi dan misi ini, Rasulullah Saw. dan para sahabatnya telah memberikan pelajaran yang amat berharga bagi umatnya. Mereka “berjihad” menyebarkan Islam dengan cara-cara yang sangat terpuji dan dengan sopan santun. Mereka juga sadar bahwa mengajak orang untuk memeluk Islam itu tidaklah semudah membalik telapak tangan. Karena hal ini merupakan wilayah hati dan keyakinan. Oleh karena itu, tidak diperkenankan dalam berdakwah menggunakan pemaksaan. Jika demikian, sungguh tidak tepat sama sekali anggapan yang menyatakan bahwa agama Islam tersebar dengan menggunakan “pedang.” Seperti itulah jihadnya Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Sejarah mencatat bahwa ayat jihad yang turun pertama kali adalah perintah untuk berdakwah menyebarkan Islam. Perintah jihad dengan metode dakwah ini terus berlangsung meski Rasulullah Saw. sudah berada di kota Madinah. Sedangkan Jihad yang berarti “perang” hanya bersifat temporal dan dalam konteks tertentu saja. Ia tidak bisa serta merta menghapus ayat jihad dengan metode dakwah secara ramah dan tanpa pemaksaan, sekalipun ia turun di Madinah. Jihad juga tidak bisa dijadikan alasan untuk memberantas kekafiran. Hal ini karena dalam agama Islam mengajarkan bahwa semua orang wajib untuk dihormati tanpa membedakan suku, ras dan agama. Jika kita melirik sejarah peperangan Rasulullah Saw., motif utama dari peperangan tersebut sebenarnya tidaklah murni semata-mata alasan kafir. Tetapi ada alasan lain di balik itu semua
References
Al-Buthy, Muhammad Said Ramahan. 2008. Hakadza fal Nad'u ila al-Islam. Abu Dabi: Dar al-Faqih.
Al-Buthy, Muhammad Said Ramahan. 1993. al-Jihad fi al-Islâm Kaifa Nafhamuhu wa Kaifa Numârisuhu. cet. I. Damaskus: Dâr al-Fikr.
Al-Buthy, Muhammad Said Ramadhan. 2007. al-Islam wa al-Ghorb. cet. I. Damaskus: Dar al-Fikr.
Al-Buthy, Muhammad Said Ramahan. 2010. Fiqh al-Sirah al-Nabawiyah. (pent) Aunur Rafiq Tamhid. Sirah Nabawiyah: Analisis Ilmiah Manhajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasul Saw. cet.XV. Jakarta: Robbani Press.
Al-Zuhaily, Wahbah. 2008. al-Fiqh al-Syafi‛iyyah al-Muyassar. cet. I. vol. II. Damaskus: Dâr al-Fikr.
Abu Khalil, Syawqi. Al-Tasamuh fi al-Islam wa Ta'ashubu Khusumihi. cet.III. Tripoli: Kuliah Dakwah Islamiyah.
Shihab, Quraish. Membumikan Al Quran: Tafsir Maudlu'i atas Berbagai Persoalan Umat ebook-PDF.
Shihab, Quraish. 2010. Tafsir Al-Misbah, cet. III. vol. V. Tangerang: Lentera Hati.
Masduqi, Irwan. 2011. Berislam Secara Toleran: Teologi Kerukunan Umat Beragama. cet. I. Bandung: Mizan.
Johnson James Turner. 2002. Perang Suci Atas Nama Tuhan dalam Tradisi Barat dan Islam, Bandung: Pustaka Hidayah.
Zulfi Mubarak, Kekerasan Atas Nama Agama: Studi Tentang Doktrin Jihad dalam Perspektif Pelaku Bom Bali 12 Oktober 2002. Makalah diajukan kepada Ditpertais Kemenag RI dalam rangka Annual Conference Islamic Studies (ACIS) ke-11, tanggal 10-12 Oktober 2011 di Bangka Belitung.
Adian Husaini, Piagam Madinah dan Toleransi Beragama. Makalah disampaikan dalam acara Seminar Sehari di Gedung Sasana Amal Bakti Kementerian Agama RI, 17 Maret 2010.
Imam Malik, Mozaik Islam Indonesia Menangkal Radikalisme Membingkai Nasionalisme. Makalah seminar ACIS ke-11 di Novotel Propinsi Kepulauan Bangka Belitung tanggal 10-12 Oktober 2011.